WELCOME! SELAMAT DATANG!

Di The Story from Ibit. Di sini, kalian bisa baca cerita-cerita ASLI buatanku. Silahkan menikmati..... Oleh-oleh komentarnya, di taruh di kotak "Koment" ya!

Senin, 04 April 2011

Musik Gina #6

Di taman, Dee mengajakku jajan crepes keju. Lalu main ayunan, dan ngobrol di kursi taman sambil memakan burger dan es krim traktiran Dee.
"Makasih, ya! Aku udah ditraktir Double Chicken Cheese Burger yang lezat dan gede, ini! Aku laper banget, soalnya. Dan es krim bluberi ini, juga nikmat!" pujiku sambil berterima kasih pada Dee. Aku kesusahan menggigit burgerku yang agak besar dan susah masuk ke mulutku.
"Sama-sama. Aku lagi baik dan dapat angpao dari Tanteku yang punya butik itu. Tante Vennyssa. Nih, cobain burgerku. Triple Meet Burger! Sama es krim jeruk ini!" ia menawari burgernya yang tak kalah besar dengan burgerku.
"Bentar lagi pengumuman, ya... Bener, nggak, ya, kalau kita yang menang?" tanyaku cemas menggigit burgerku yang sudah menyusut ukurannya.
"Mbak Mey pasti nggak bohong. Masa dia nyogok kita, sih? Dasar aneh. Terang-terangan lagi! Kalau di pelem-pelem, nih. Mbak Mey tu, jadi Antagonis! Dia membuat siasat licik, habis itu nggak berhasil! Yang berhasil malah si Protagonis! Tapi, aku yakin, Mbak Mey nggak bakal membuka lembar baru siasat aneh-anehnya itu. Kita pasti menang!"

Mbak Mey yang tidak sengaja mendengar percakapan Dee dan Aku, langsung menjadi panas wajahnya. "Lihat aja, kalau di film-film yang jahat kalah, kalau di sini, aku yang menang! Dan aku bukan jahat, tapi hanya membantu adikku menang!" pikirnya.
Ia masuk ke ruang sekretariat setelah minta izin satpam yang menjaga ruang sekretariat itu. Karena di ketua panitia, dengan mudah ia dipercaya. Untung tirai di ruang itu ditutup. Dengan mudah, ia membuka lembaran kertas nilai dewan juri. Kedua kertas juri ia ambil. Untung nulisnya pake pensil, gampang dihapus, deh... Pikirnya. Ia menghapus angka satu dan enam yang dimiliki adiknya dan duet vokal D-G. Ia juga menghapus angka 1800 dan 943 yang dimiliki adiknya. Mbak Mey menukar angka-angka itu.
"Misi telah selesai! Si Venita, pasti menang!" ia memuji dirinya sendiri dengan bisikan. Ia keluar dari ruang sekretariat dengan gembira.
Tetapi.... Satu mata berwarna hitam bulat yang tertempel di dinding melihat misi siasat licik yang dilakukan Mbak Mey itu.

Waktu pengumuman yang telah dinanti-nanti...
Aku dan Dee duduk di kursi peserta. Kali ini ada di depan panggung. Kursi para peserta sangatlah istimewa. Kursinya dibalut kain putih, dengan pita biru besar di belakangnya. Terus, ada bantal duduk khusus di atasnya! Asyik, kan? Jadi tambah nyaman duduk, deh...
Pak Kepala Sekolah, sudah berdiri di atas mimbar. Beliau membetulkan letak kacamatanya. "Hasilnya, sudah ada. Yang akan mendapatkan Music Award 2011 adalah..."
Drum Roll berbunyi keras selama beberapa detik. Seluruh jantung peserta berdegup kencang.
"Venita, dari kelas VA! Dengan penampilannya, menyanyi tunggal! Selamat untuk Venita!" ucap Pak Kepala Sekolah. Aku dan Dee pasrah. Ternyata Mbak Mey bohong. Dia ternyata hanya ingin mengerjai kami.

Para juri ikut bertepuk tangan. Mereka tidak sadar kalau pemenangnya sudah diganti. Karena pesertanya sangat banyak, mungkin lupa.
Mbak Mey tersenyum senang melihat adiknya berdiri di samping Pak Kepala Sekolah, akan dipakaikan mahkota, dan kalung bunga besar, dan diberi piala Music Award 2011.
Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka. "TUNGGU DULU! BUKAN VENITA PEMENANGNYA!" ternyata Pak Luki. Pak Luki adalah asisten pertama Pak Kepsek.
"Bukan mereka yang menang! Tadi saya yang mengawasi kamera pengawas! Dan ada kekeliruan disini!" teriaknya lagi. Mbak Mey jadi gugup dan berkeringat dingin.
Aku dan Dee langsung berdiri. Mungkin, bukan kami pemenangnya. Tapi, jujur. Ini kejadian yang menarik! Kayak di film-film....
"Tadi, ada seorang penyusup masuk ke Ruang Sekretariat. Ia sepertinya mengganti pemenangnya. Dan setelah diteliti lewat komputer, yang menang adalah..." Pak Luki membuka lembar-lembar kertas edit yang ia bawa. "Nomor 150!"
Tubuhku dan Dee langsung menegang. Kamikah yang menang? Berarti, Mbak Mey nggak bohong, dong...
"Kita tanya saja satpam yang menjaga Ruang Sekretariat tadi. Dia akan saya panggil lewat walkie talkie." Pak Luki berbicara lewat walkie talkie untuk memanggil satpam yang menjaga Ruang Sekretariat.
Aku jadi tidak mengerti masalah ini?!

Mbak Mey yang mendengar itu langsung merangkak di samping kursi-kursi. Dia takut disalahkan.
Saat Satpam itu datang, Pak Luki berbincang-bincang sebentar dengan Satpam dan Pak Kepsek.
"Yang masuk dari Ruang Sekretariat tadi, yang benar-benar saya curigai. Saya tidak tahu namanya, tapi, itu dia! Ada disana! Sepertinya mau kabur!" jelas Pak Satpam sambil menunjuk Mbak Mey yang mau kabur lewat pintu lain.
Pak Kepsek dan Pak Luki dan Pak Satpam langsung berlari mengejar Mbak Mey. Wah, kejadiannya lucu! Kejar-kejaran kayak di film kartun!
Akhirnya Pak Luki dan Pak Satpam berhasil menangkap Mbak Mey yang berlari sangat kencang. Venita yang kaget karena itu adalah perbuatan kakaknya sendiri, dia jadi menangis tersedu-sedu dengan gaya yang masih sok.
"Pak... Maafkan Kakak saya... Dia melakukan ini demi saya... Jangan dihukum, Pak..." begitulah yang ia katakan.

Pak Kepsek hanya diam. Venita dan Mbak Mey dibawa ke atas panggung. Aku dan Dee dipanggil untuk naik ke panggung juga.
Pak Kepsek meletakkan mahkota di atas kepala kami, dan mengalungkan kalung bunga besar di leher. Pak Kepsek memberikan piala berbentuk not, dengan tulisan Music Award 2011 di bawahnya, kepadaku dan Dee. Tangan kami memegang piala cantik itu, dan kami dipotret. Uwaa... senangnya! Pasti Kak Renda bakal bangga setelah tahu aku menang Music Award 2011 di sekolah!

"Hukuman untuk Mey, yang melakukan perbuatan licik adalah.... Di skors selama satu bulan! Dan Adiknya, yang membela Kakaknya, akan di skors selama 5 hari! Hukuman ini sudah bulat. Jadi, tidak boleh ada yang menolak. JELAS?!" jelas Pak Kepsek dengan nada marah dan galak.
Venita dan Mbak Mey menangis tersedu-sedu layaknya narapidana yang akan dipenjaa selama bertahun-tahun.
"Dan untuk Dee dan Gina, selamat atas kemenangan kalian. Kalian akan dinobatkan, sebagai guru musik di sekolah kita. SELAMAT!" ujar Pak Kepsek sambil memberi tepuk tangan. Para penonton juga memberi tepuk tangan.
Tepuk tangan yang keras memenuhi seluruh ruangan, membuatku menangis.

Awalnya, aku tak tahu hal ini bisa terjadi. Tapi, setelah terjadi, aku sangat menikmati dan mensyukurinya...

1 komentar: