WELCOME! SELAMAT DATANG!

Di The Story from Ibit. Di sini, kalian bisa baca cerita-cerita ASLI buatanku. Silahkan menikmati..... Oleh-oleh komentarnya, di taruh di kotak "Koment" ya!

Rabu, 01 September 2010

SMS Misterius

"Pinnkkyy..... Pinnkkyy..... Pinnkkyy....." tanda pesan handphone milik Massy bergetar. Massy yang sedang menyisir cepat-cepat mengambil handphonenya.
"Huh! Mengganggu orang lagi merias wajah, aja!" dengus Massy malas-malasan mengambil handphone.
Massy meng-klik tombol "buka" lalu "baca". Tiba-tiba, Massy mendengus marah, lagi. Wajahnya merah seperti kepiting rebus. Ia benar-benar marah BESAR!
Tahu kenapa? Mungkin karena isi SMS-nya. Inilah isinya:
Hallow, Nyonya Massy Pinky!
Aku kira, hari ini, kamu memakai blus warna pink tua.
Dan rok polkadot pink tua, pink muda, dan putih. WAKS! Menjijikan!
Di sekolah, kamu mengaku tomboy. Dan suka main sama anak cowok.
Ternyata, kalo dirumah, kamu pake yang pinky-pinky.
Pantes, kamu nggak pernah keluar rumah. Ternyata MALU dengan PINKY-mu itu!
Gyahahahaha!!!!...... Ini benar-benar memalukan!
Coba rahasiamu ini aku sebar di sekolah, pasti ASYIK banget, deh.
Kamu enggak perlu tau, aku siapa.
Kamu enggak perlu tau aku ngintip kamu ato enggak.
Dan pokoknya, kamu enggak pernah bakal tau siapa aku!
WAKS!
Bye, bye Nyonya Massy Pinky....
Massy membanting handphonenya ke kasur. Rambut basahnya berantakan lagi. Handuk kecilnya jatuh ke lantai. Ia menggeram marah. Massy menggertakkan gigi susunya. Ia benar-benar MARAH!
* * *
"Gimana aku enggak marah, coba! Dia menyebutku Nyonya Massy Pinky??!! Padahal aku sama sekali enggak pernah pake yang pinky-pinky begitu! Nih, aku aja, sekarang pake kaos biru. Celana cokelat, rambut dikucir, masih dibilang girlie pinky! Ugh... KETERLALUAN!" Massy mencurahkan isi hatinya pada sahabatnya, Nindy. Di tempat tongkrongan andalan mereka. Warung Mbak Nem.
"Yah, aku juga enggak tau, dong. Siapa yang ngirim SMS kaleng ke kamu. Tapi, mungkin aku bisa bantu kamu." tawar Nindy sambil meletakkan gelas es tehnya.
"Oh ya? Gimana?" kata Massy setengah tak percaya.
"Ya, gini. Kamu buka dulu semua rahasiamu ke aku. Nanti, aku kasih solusinya."
"Tapi..."
"Aku kan sahabat terbaikmu, Mass? Masih enggak percaya?" Nindy meminum es tehnya lagi.
"Yah... oke deh, tapi jangan disini. Takut didenger orang."
"Terus dimana, Mass?"
"Di rumah pohonku aja, yuk, Ndy!"
* * *
"Nah, sekarang, ceritakan semuanya." perintah Nindy.
"Ya, gini. Aku dari kecil suka banget sama warna pink. Tapi, pas aku kelas satu, aku baca majalah. Ada yang bilang, tomboy itu keren. Akhirnya, aku mulai ikut les karate, taekwondo, sama sepakbola. Aku mulai menyukai warna biru, hitam... tapi pink tetap enggak bisa pindah dari hati aku! Ya gitu, deh. Kalo di sekolah, aku tomboy. Tapi kalau di rumah, aku bener-bener girlie pinky." Massy menjelaskan dengan panjang lebar.
"Oohh... kalo gitu, aku cuma nyaranin. Kamu harus berusaha ninggalin warna pink. Dengan begitu, kamu bisa jadi tomboy permanen." usul Nindy santai.
"Tapi enggak semudah itu, Ndy! Kamu enggak ngalamin, sih.... Aku mungkin bisa ninggalin pink, tapi itu SUSAH banget! Emang, kamu tau caranya?" Nindy menggeleng.
"Nah, itu masalahnya! Kamu udah tau! Kenapa asal ngomong aja! Sok jadi pemecah masalah, segala. Udah, ah! Aku mau turun, pingin berendam! Mendinginkan kepala!" Massy keluar dari rumah pohon. Turun ke bawah melewati tangga juntai.

Massy lalu berlari ke rumahnya. Nindy tersenyum licik. Ia sudah mengetahui segalanya.
"Aku memang pandai berakting," bisiknya. Ia lalu meraih handphone di sakunya. Lalu mulai menulis SMS untuk teman satu geng 'rahasia'-nya.

GIRL'S!
Aku udah tau semuanya. Kita tinggal menjalankan rencana.
Dan, aku beritau. Dia menganggap tomboy itu keren.
Ia langsung berpura-pura menjadi tomboy.
Dia belum jadi tomboy permanen, kok. Don't worry!
Aku akui, dia bener-bener bakal jadi TOMBOY,
mungkin anak laki-laki beneran, kalo dia ninggalin warna PINK
Beruntung, dia masih jadi girlie pinky
Kita masih di peringkat pertama
HIDUP, GIRL CORET, BOY CENTANG!!!
Nindy meng-klik tombol "Send". Kelima teman geng rahasianya, akan menerima SMS ini. Lalu akan menyebarkan rahasia Massy di sekolah. Hingga satu sekolah akan mengetahuinya. Dan teman-teman cowok Massy, bakal ngejauhin Massy. ITU RENCANA NINDY!
* * *
"Bbbwwwrrrlll...." Massy menghembuskan nafas di dalam air. Buih-buih mengambang. Lalu meletus. Dan, hilang. Semuanya begitu cepat.
Massy merendam diri di bak air hangat. Kelompak bunga warna merah bertebaran, dan mengambang di atas air. Menurut Massy, mandi kembang itu, cara cepat mendinginkan kepala, maupun stress ringan atau berat.
Di atas kepalanya, terdapat handuk kecil yang dibasahi air hangat. Kepalanya yang tadi sempat pening, kini mulai mereda.
"Bbbrrrwwllll....." Massy menghembuskan nafas lagi. Buih pun keluar, mengambang. Meletus, dan hilang. Semuanya begitu cepat. Melebih kecepatan Apollo.
* * *
"Mass, kamu suka warna pink ya?"
"Katanya kamu tomboy?"
"Kok suka warna pink?"
"Aneh tapi nyata!"
"Menurutmu, tomboy itu keren ya?"
"Kamu menjijikan!"
"Mengaku tomboy..."
"Tapi suka warna pink."
Berbagai pertanyaan, tanggapan, ejekan, menyambut Massy saat dia melangkahkan kaki di kelasnya. Massy pening lagi. Massy merasa, ia ingin tidur. Rambutnya yang diikat berkibar. Dan... BRUK! Massy pingsan.
* * *
"Massy...."
"Maafkan kami...."
"Massy...."
"WAH! Dia siuman!"
"Beri ruangan, kawan-kawan!"
Banyak tanggapan menyambut Massy saat ia siuman. Ia membuka matanya, lalu duduk lemas.
"Kamu enggak apa-apa, Mass?" Nindy menepuk bahu Massy pelan.
"Menurutmu, aku tidak apa-apa, ha??? Rahasiaku udah terbongkar sekarang. Entah siapa yang menyebarkannya. Singkirkan tanganmu dari bahuku. Aku ingin pergi!!!!" Massy turun dari kasur UKS. Ia menyambar tasnya yang tergeletak di atas kursi.
"MASS!!!!!!" anak-anak lelaki banyak yang berlari. Untuk mencegah Massy.
Massy lalu berbalik badan. Tersenyum. Seketika, anak-anak lelaki langsung diam. Dan sepertinya, lega. Melihat Massy tersenyum gembira lagi. Tapi, sebenarnya....
"Jangan ada yang menghalangi aku. Mengerti?" Massy berlari keluar UKS. Melewati lorong sekolah, keluar gerbang, lalu berlari di jalan.
Aku gagal... anak cowok enggak bisa jauh dari Massy. Massy terlalu asyik buat diajak main. Sepak bola.... basket.... kejar-kejaran..... dia terlalu baik menanggapi seseorang yang meminta bantuannya. Oh, aku salah.... Kenapa aku takut dia menyaingi gengku? Ya tuhan.... Nindy memegang dahinya. Wajahnya berkerut.
* * *
"Hiks... hwa...hwa..." Massy menangis di ruang tamu. Ia terduduk di depan pintu rumah. Badannya menyandar pintu, agar pintu tidak terbuka lagi. Ikatan rambutnya agak lepas. Rambut cokelatnya berantakan.
Tas ransel dibiarkan terjatuh di lantai. Massy merenungi, mulai dari hari itu. Sampai sekarang. Semuanya terjadi begitu cepat. Seperti buih yang mengambang, lalu meletus, dan hilang.
Massy masih sesegukan. Tapi tak menangis lagi. Ia menyedot ingusnya menggunakan tissue. Lalu duduk di sofa. Kedua telapak tangannya menutup muka. Rambutnya terjatuh melewati telinga.
Massy lalu menenangkan diri, ia mulai berpikir. Dari hari itu. Lalu mulai mngait-ngaitkan dirinya dengan seseorang.
"NINDY!!!!" pekik Massy saat ia sudah mengetahui semuanya. Ia cepat-cepat membetulkan rambutnya. Ia ikat dengan betul. Massy menyambar ranselnya, yang masih tergeletak di lantai.
Massy berlari keluar. Ia kunci pinru rumah rapat-rapat. Lalu kembali ke sekolah. Massy berlari, berlari, dan BERLARI KENCANG......!!!!!!!!!!
* * *
"Jadi anak-anak, tumbuhan menyimpan cadangan makanan di umbi, daun, bunga, buah, dan bi...." kalimat Bu Fifi tak terselesaikan. Karena pintu kelasl terbuka lebar. Dan Massy berdiri di situ.
"MASSY??!" teriak anak-anak seluruh kelas. Mata mereka membelalak kaget. Tak terkecuali Nindy and the gank.
Massy berjalan marah menuju kursi Nindy. Nindy tiba-tiba bergidik ketakutan.
"Kau iri padaku, HAA???!!!" Massy menarik kerah baju Nindy. Nindy kaget bukan kepalang.
"Ya, aku... mmmm.... aku punya..." Nindy gelagapan.
"Geng, ya? Geng yang tomboy, lalu takut aku menjadi sainganmu? Begitu???!!!" dengan otomatis, Nindy mengangguk cepat.
"Aku lega mendengarnya. Bu Fifi, aku izin, dulu. Maaf." Massy lalu berjalan pergi meninggalkan kelas. Menutup pintu perlahan-lahan.
Nindy membetulkan letak kerahnya. Semua anak-anak satu kelas menatapnya. Aneh. Bu Fifi pun melongo. Biasanya, beliau langsung mengalihkan perhatian ke pelajaran lagi.
"Nindy, sepertinya, nanti kamu harus ikut Ibu ke kantor kepala sekolah."
"Tapi...."
"Kamu tidak lihat kemarahan Massy tadi?"
"Iya, sih, Bu. Tapi bukan cuma saya aja. Temen-temen geng juga..."
"Siapa teman geng, Nindy?"
Tiba-tiba, lima tangan orang anak terjulur ke atas.
"Kalian ikut juga, nanti. Sekarang, kita lanjutkan pelajaran"

Dan kita tidak tahu apa yang dilakukan Massy....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar